Sabtu, 20 April 2013

The WET FRIDAY !

Assalamualaikum...

Sebelum ke inti cerita yang paling mendebarkan, perkenankan saya bercerita tentang awal hari Jumat saya yang basah dan cemong. Jumat pagi, mendung yang begitu mesra, semesra saya memeluk guling. 

Seperti biasa, saya bersiap berangkat menuju rumah Johan dan kemudian ke kantor. Rute jalan yang saya lewati setiap harinya kali ini benar-benar horor. Bukan karena saya melihat genderuwo (amit-amit ya Allah..), tapi jalanan banjir, becek, penuh lumpur! Dengan penuh percaya diri (karena memang sudah terlanjur terjun ke jalanan), saya pun melewati banjir, becek dan lumpur itu dengan rasa was-was. Beberapa meter meluncur masih aman. Meluncurlah lagi Mio saya dengan isak tangis karena lumpurnya nempel kemana-mana. Beberapa meter berikutnya, "CEPYEK!" Kaki saya terpaksa turun ke lumpur karena kehilangan keseimbangan. Mewek. Kakipun menjadi cokelat. Melipir ke pinggiran, melanjutkan perjalanan dengan kaki yang sudah berubah warna, berharap saya berhasil melewati jebakan ini dengan sempurna. Satu meter, dua meter, tiga meter, empat meter, hati sudah mulai berbunga, saya berhasil, saya lolos, saya menaaanggg...! "BRRUUAAAKK!!!" Saya oleng, saya nyemplung, saya basah, saya menjerit, saya koootoooorrr...!!! Aaaarrgghhhh..!! Tunggu! Kotor di sini adalah kotor terkena lumpur. Dan tenang, nyemplung di sini bukan berarti saya nyemplung seluruh badan. Mio saya tergolek lemas, dia menangis, dia terluka hatinya. Dia lebih kotor dari saya. Lumpur dimana-mana, sedangkan saya, kaki saya kanan dan kiri kompak berubah warna dan kali ini merata sampai ke lutut. COKELATTT !!! Saya lalu menjerit dan bernyanyi "Leeettt meee gooo hooomeeeee....!" Hhuhuhuhuhuu.. Ibuuukk... Bapaaakk.. Anakmuuuu... :((
Selesai melewati lumpur-lumpur yang menyebalkan itu, rasanya saya ingin mampir ke rumah siapapun di sekitar situ untuk mandi, pinjam celana, pinjam sepatu, dan sarapan. Saya berhenti di depan salah satu rumah. Mio berdiri dengan penuh noda. Dia menangis, dia terluka, dia menjeriiittt. Saya panik, saya juga terluka, saya sangat kotor sekali. Melepas sepatu, melepas kaos kaki, and... Give up! I have nothing to do... Saya hanya menatap nanar kaki, celana, dan Mio saya. Kasihan sekali kita. 
Layaknya di sinetron-sinetron semacam Bidadari, lewatlah sepasang Bapakndari-Bundandari. Mereka iba melihat kondisi saya. Merekapun mengajak saya untuk bersih-bersih. Tunggu. Bersih-bersih di sini adalah bersih-bersih diri. Saya dan Mio. Bersih-bersih dari lumpur. Bukan untuk bersih-bersih rumah. Paham?
Merekapun membawa saya ke salah satu rumah yang ternyata adalah rumah adik mereka. Bapakndari mengambil selang, menyalakn kran, kemudian menyiram Mio saya dengan kasih sayang. Mio terharu, saya terharu, kita berpelukan. Bundandari mengusulkan untuk menelpon kantor bahwa saya akan datang sangat terlambat karena sedang asik bersih-bersih. Asik?! Celana basah kuyup untuk menghilangkan lumpur anda pikir asik??! Ini sangat tidak asik sodara-sodara... --"

Saya menelpon Johan. Mengabarkan kondisi saya saat itu. Dia menunggu kedatangan saya. Setelah lumayan basah dan bersih, saya mengucapkan terima kasih sambil terharu kepada Bapakndari dan Bundandari. Saya dan Mio kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Johan.
Sesampai di rumah Johan, mobil sudah terparkir di luar. Saya berharap menemukan kran air dan membersihkan kaki saya. Ternyata kran air di rumah Johan  mati sodara-sodara. Allah sayang banget sama saya... :') Johan mengamati saya, ternyata muka saya juga terkena lumpur. Panik! Wajah cantik sayaaaa...? Terkena lumpuuurr..?? Tiiiddaaaakkk... Masuk mobil, bersolek, dan meringik-ringik ria menceritakan kejadian naas itu ke Johan. Berharap dia iba, ternyata saya salah. Sangat salah! Salah bessaaarrr..!!! Dia malah tertawa jumawa. --" Menikmati perjalanan dari rumah Johan menuju kantor dengan keadaan celana basah dan dingin! Saya mengabarkan kondisi ini ke bapak saya. SMS dan memohon tolong untuk mengantarkan celana ganti, karena tidak mungkin saya nanti solat dengan celana yang bekas basah dan lumpur. And then... My dad always become my hero. :') :*

***

Bekerja seperti biasa, sudah dengan celana ganti yang diantarkan oleh bapak saya tercinta. Kemudian BBM grup Mantri Pajarakan berbunyi. Sebuah foto. Perempuan. Bercepol. Dengan caption "Pengganti Robi". Semua mengira ah.. it's a joke. Saya abaikan. Kerja lagi. Beberapa jam kemudian, perempuan itu datang. Perempuan itu datang dengan salah satu mantri. Perempuan itu bernama Dini. Pak Leman muncul berjalan di belakang Dini. "Ini Ca, gantimu nanti... Untuk sementara biar bantu-bantu Robi sama Fery. Kamu pindah."
OmaiGod! Ya Allaahhh... Pindahh..?? Kemanaaa...?? Panik. Saya melihat amplop cokelat di tangan pak Leman. Tiiiddaaakkkk..! Cemas. Gelisah. Mewek. Menyerang pak Leman dengan berbagai macam pertanyaan. Bohooongg.. Pindah ke manaaa..? Seriiuuuss...? Mana suratnyaaa..? Paaakkk..... :((
Saya pun mewek di belakang.. Di ruang makan.. Ada Mas Adi, Mas Sigit, Momo... Mereka tertawa. Mereka bahagia. Mereka senang. Saya..? Masih mewek! Tambah mewek setelah pak Leman bilang kalau saya pindah ke Paiton. :(( Dan Momo sepertinya orang yang paling bahagia saya dipindah. Butuh bukti? Ini!


Semakin kacau pikiran saya. Konsentrasi buyar. Panik. Sebal. Dan... uughhhh.... Ini bohooongg.. Tidak mungkiiinnn.. Dan kondisi ini semakin menyebalkan ketika sistem online lemot dan tiba-tiba offline! :'(
Personal message Momo itu memancing banyak orang bbm saya. Apalagi setelah saya menampilkan emote :'( bertubi-tubi di personal message saya. Mbak Sita, Fitri (partner in crime saya waktu di Leces), Aji, Tata'... Mereka bertubi-tubi menanyakan pindah kemana..? Saya tambah mewek. Mereka berusaha menghibur saya semoga penempatan yang lebih dekat dengan rumah. Tapi mereka tidak tahu apa yang telah saya ketahui... :'(
Setengah hari kantor tutup. Para pria menunaikan ibadah Sholat Jumat. Saya masih gelisah. Cemas. Surat Keputusan itu belum sampai di tangan saya. Saya mencoba menyibukkan diri dengan menata uang-uang saya (uang hasil transaksi nasabah). Mencocokkan kas. Hampir selisih kurang! Cek! Cek! Cek! Ternyata ada transaksi yang terbuku dua kali. Oke! Ini pasti karena konsentrasi saya terpecah. :(
Mas Adi datang, Momo datang, Mas Sigit datang... Mereka tersenyum penuh kelicikan. Momo menjanjikan SK-ku akan dishare di grup. Mereka semakin membuat saya cemas. BB saya berbunyi. Grup Mantri Pajarakan. Picture.

SK "Gadungan" Hastakarya Momo.. --"

Dan pecahlah tangis saya membaca gambar ituuuu...! Perpisahan lagiiii.. Tidaaakkk... I hate this part so much! Comment bermunculan...


Komen dari Mas Adi sama Mbak Ita
Mbak Ita ini dulu Mantri Pajarakan. Dia lalu pindah ke Gotong Royong dan menjabat sebagai Kepala Unit. Saya juga sempat mewek ketika harus berpisah dengan mbak Ita yang punya suara Cetar Membahana Badai. Saya kehilangan teman duet, saya kehilangan juru masak. Mbak Ita juga ikutan komen di grup. 
Saya pun membalas bbm yang tadi bertubi-tubi menanyakan kepindahan saya. Dengan berat hati mengetikkan huruf P-A-I-T-O-N ! Saya pun juga mengabarkan teman-teman di grup My Ladies. Dan entah setelah mengutarakan kesedihanku, Fury tiba-tiba ingin melakukan pengakuan dosa. 

Konspirasi kejahatan sepasang kekasih. 
Huaaaarrggghhhh... Setelah tahu bahwa saya dikerjain habis-habisan, saya malah tambah meweeekkk...! :((
Pak Leman ternyata juga ikutan usil. Menyebaaalkaaannn... Kami semua dikumpulkan di ruangan pak Leman. Pertama, pak Leman menyambut kedatangan Dini sebagai anggota baru di Pajarakan. Bla bla bla bla... Lalu, pak Leman mengucapkan terima kasih kepada saya atas kerja samanya selama di Pajarakan. Semoga bla bla bla bla... Saya tambah mewek. Saya membawa bekal tissue. Pak Leman menyerahkan SK "gadungan". Saya terima amplopnya. Saya lihat amplopnya. Janggal. Tidak ada nama tertuju kepada saya. Kosong. Bohong! Lalu kubuka. Dari bawah. Tidak ada tanda tangan dari pemimpin cabang, dan AMBM. Nama Pinca dan AMBM pun tidak sama dengan nama yang sedang menjabat sekarang. Dan saya pun berteriak... "Booohooooonngggg...! Jaaahhhaaatttt..." Kemudian mewek lagi. :((
Mereka tertawa, bahagia, senang, puas. Pak Leman bilang, "Yah.. ini hanya intermezo untuk menyambut mbak Dini." Heellloooohhhh... Intermezoo..?? Dan saya jadi korbannya... Huh. 

Untunglah muka saya nggak kelihatan amat meweknya... :p

Kenapa saya sampai sehisteris ini ketika harus dimutasi..? Saya sangat tidak menyukai perpisahan. Apalagi dengan suasana kerja yang sudah nyaman, menyenangkan, dan memanjakan. Saya pernah mewek tersedu-sedu ketika harus di mutasi ke Pajarakan waktu saya masih di Leces. Saya harus berpisah dengan partner kerja terbaik saya, Fitri. Yang benar-benar paham betul bagaimana saya. Dan hari ini tadi, saya harus mewek tersedu-sedu lagi berpisah dengan orang-orang yang usilnya setengah mati. :')

Detik-detik perpisahan dari Leces menuju Pajarakan... 
Ini nih yang membuat saya mewek... 4 Pria yang paling depan lah pelakunya. 
Foto waktu perpisahan sama Mbak Ita... :')
Perhatikan yang dilingkari saja yaahh.. ! 

Iya.. Kalau memang nanti akan ada mutasi, mau tidak mau memang harus berpisah... Dan kejadian "mutasi palsu" ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan... 
Terima kasih... :')

Wassalam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar